STATISTIKA
a. Sejarah Statistika
Penggunaan
istilah statistika berakar dari istilah
istilah dalam bahasa latin modern statisticum
collegium ("dewan negara") dan
bahasa Italia statista
("negarawan" atau "politikus").
Gottfried
Achenwall (1749) menggunakan Statistik dalam bahasa Jerman untuk pertama kalinya sebagai nama
bagi kegiatan analisis data kenegaraan, dengan mengartikannya sebagai "ilmu tentang negara
(state)". Pada awal abad ke-19 telah terjadi pergeseran arti menjadi
"ilmu mengenai pengumpulan dan klasifikasi data".
Gottfried Achenwall |
Sir
John Sinclair memperkenalkan nama (Statistics) dan pengertian ini ke
dalam bahasa Inggris. Jadi,
statistika secara prinsip mula-mula hanya mengurus data yang dipakai lembaga-lembaga administratif dan pemerintahan. Pengumpulan data terus berlanjut, khususnya melalui sensus yang dilakukan secara teratur untuk memberi informasi kependudukan
yang berubah setiap saat.
Sir John Sinclair |
Pada
abad ke-19 dan awal abad ke-20 statistika mulai banyak menggunakan bidang-bidang
dalam matematika, terutama peluang. Cabang statistika yang pada saat ini sangat
luas digunakan untuk mendukung
metode ilmiah, statistika inferensi, dikembangkan pada paruh kedua
abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Ronald Fisher (peletak dasar statistika
inferensi), Karl Pearson (metode regresi
linear), dan William Sealey Gosset (meneliti problem sampel berukuran kecil). Penggunaan statistika pada
masa sekarang dapat dikatakan telah menyentuh
semua bidang ilmu pengetahuan,
mulai dari astronomi hingga linguistika.
Bidang-bidang ekonomi, biologi dan cabang-cabang terapannya,
serta psikologi banyak dipengaruhi oleh statistika
dalam metodologinya. Akibatnya
lahirlah ilmu-ilmu gabungan
seperti ekonometrika, biometrika (atau biostatistika), dan psikometrika.
b. Pengertian Statistika
Statistika
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya,
statistika adalah ilmu yang
berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa
Inggris: statistics) berbeda dengan
'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data,
sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika
pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk
menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini
dinamakan statistika deskriptif.
Sebagian besar konsep dasar
statistika mengasumsikan teori probabilitas.
c. Pengumpulan data
Metode
pengumpulan data :
1) Sensus : cara
pengumpulan data di mana seluruh elemen populasi Diselidiki satu persatu
2) Sampling : cara
pengumpulan data dimana yang diselidiki adalah elemen sampel dari suatu populasi
Alat pengumpulan data :
· Daftar pertanyaan ( kuesioner)
· Wawancara
· Dengan cara alat penghubung komunikasi (telefon, SMS, BBM, Whatsapp, Facebook,
twitter, dll)
· Observasi/pengamatan langsung
d. Penyajian Data
1. Diagram Garis
Diagram garis
adalah diagram yang menyajikan
perkembangan data yang kontinu, seperti populasi
penduduk di suatu kota, suhu badan pasien di rumah sakit, curah hujan
dan sebagainya.
Contoh Diagram Garis |
2. Diagram Lingkaran
Diagram
Lingkaran adalah penyajian data dengan menggunakan sektor-sektor dalam suatu lingkaran. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara obyek yang
satu dengan obyek yang
lainnya serta terhadap keseluruhan dalam suatu
penyajian.
3. Diagram Batang
Diagram Lingkaran |
Diagram
Batang adalah suatu jenis penyajian data dengan menggunakan batang-batang
arah vertikal atau horisontal.
Diagram Batang |
Pada saat kita
dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali membantu untuk mengatur dan merangkum
data tersebut dengan membuat tabel yang berisi daftar nilai data yang mungkin berbeda (baik secara
individu atau berdasarkan pengelompokkan) bersama dengan
frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali nilai-nilai tersebut terjadi. Daftar sebaran nilai data
tersebut dinamakan dengan Daftar Frekuensi atau Sebaran Frekuensi (Distribusi
Frekuensi). Dengan
demikian, distribusi frekuensi adalah daftar nilai data (bisa
nilai individual atau nilai data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang disertai dengan nilai
frekuensi yang sesuai.
Pengelompokkan data
ke dalam beberapa kelas
dimaksudkan agar ciri-ciri penting data tersebut
dapat segera terlihat. Daftar frekuensi ini akan memberikan gambaran yang khas tentang bagaimana
keragaman data. Sifat keragaman data sangat penting untuk diketahui, karena dalam
pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita harus selalu memperhatikan sifat dari
keragaman data. Tanpa
memperhatikan sifat
keragaman data, penarikan suatu kesimpulan
pada umumnya tidaklah sah.
Data statistik dapat diperoleh
dari hasil sensus, pengamatan sampel atau eksperimen. Selain dalam
bentuk diagram, penyajian data juga
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Berikut ini akan dipelajari lebih jelas mengenai tabel distribusi frekuensi
tersebut.
a. Distribusi
Frekuensi Tunggal
Data tunggal
seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala dinyatakan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi \ tunggal merupakan cara
untuk menyusun data yang relatif sedikit. Perhatikan contoh data berikut.
5, 4,
6, 7, 8,
8, 6, 4,
8, 6, 4,
6, 6, 7,
5, 5, 3,
4, 6, 6
8, 7,
8, 7, 5,
4, 9, 10,
5, 6, 7, 6, 4, 5,
7, 7, 4,
8, 7, 6
Data yang disajikan sedemikian banyak tersebut susah
untuk diamati, maka perlu disederhanakan
kedalam bentuk yang mudah dimengerti
serta berguna bagi tujuan pengukuran sebelum dpaat dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.
b. Daftar
distribusi Berkelompok
Ada beberapa
istilah yang harus dipahami terlebih dahulu dalam menyusun daftar
frekuensi.
Sambil memahami istilah perhatikan tabel berikut:
Tabel Data Berkelompok |
Selisih antara
nilai tertinggi dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range = 99 – 35 = 64
Batas bawah
kelas
Nilai
terkecil yang berada
pada setiap kelas. (Contoh: Pada
Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya
adalah 31, 41, 51, 61, …, 91)
Batas atas
kelas
Nilai terbesar yang berada
pada setiap kelas. (Contoh: Pada
Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya
adalah 40, 50, 60, …, 100)
Batas kelas
(Class boundary)
Batas yang digunakan untuk memisahkan antar kelas, tapi tanpa adanya
jarak antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas berikutnya. Contoh: Pada
kelas ke-1, batas kelas terkecilnya
yaitu 30.5 dan terbesar 40.5. Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu 40.5 dan
50.5. Nilai pada batas atas kelas
ke-1 (40.5) sama dengan dan merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas selalu dinyatakan dengan jumlah
digit satu desimal lebih banyak daripada data pengamatan
asalnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan yang jatuh tepat pada batas kelasnya, sehingga menghindarkan
keraguan pada kelas mana
data tersebut harus ditempatkan. Contoh: bila batas kelas di buat seperti ini:
Kelas ke-1 :
30 – 40
Kelas ke-2 :
40 – 50
:
dst.
Apabila ada
nilai ujian dengan angka 40,
apakah harus ditempatkan pada kelas-1
ataukah kelas
ke-2?
Panjang/lebar kelas (selang
kelas): Selisih antara dua nilai batas bawah kelas yang berurutan atau selisih antara
dua nilai batas atas kelas yang berurutan atau selisih antara nilai terbesar dan
terkecil batas kelas bagi kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar kelas
tersebut memiliki lebar
yang sama.
Contoh:
lebar kelas =
41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas =
50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas =
40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas
pada kelas
ke-1)
Nilai tengah
kelas
Nilai kelas
merupakan nilai tengah dari kelas yang
bersangkutan yang diperoleh dengan formula
berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai ini yang dijadikan
pewakil dari selang kelas
tertentu untuk perhitungan analisis statistik selanjutnya. Contoh: Nilai kelas
ke-1 adalah
½(31+40) = 35.5
Banyak kelas
Sudah jelas.
Pada tabel ada 7 kelas.
Frekuensi
kelas
Banyaknya
kejadian (nilai) yang muncul pada selang kelas tertentu. Contoh, pada kelas
ke-1, frekuensinya = 2.
Nilai frekuensi = 2 karena pada
selang antara 30.5 –
40.5, hanya ada 2 angka yang
muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.
Langkah-langkah
dalam menyusun tabel distribusi frekuensi:
· Urutkan data,
biasanya diurutkan dari nilai yang paling kecil
o Tujuannya agar range data diketahui dan
mempermudah penghitungan
frekuensi tiap
kelas!
· Tentukan range
(rentang atau jangkauan)
§ Range = nilai
maksimum – nilai minimum
o Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Jangan terlalu banyak/sedikit,
berkisar
antara 5 dan 20, tergantung dari banyak dan sebaran datanya.
§ Aturan
Sturges:
§ Banyak kelas =
1 + 3.3 log n, dimana n = banyaknya data
o Tentukan panjang/lebar
kelas interval (p)
§ Panjang kelas
(p) = [rentang]/[banyak kelas]
o Tentukan nilai
ujung bawah kelas interval pertama
Pada saat menyusun TDF,
pastikan bahwa kelas tidak tumpang tindih sehingga setiap
nilai-nilai pengamatan harus
masuk tepat ke dalam satu kelas. Pastikan juga bahwa tidak akan
ada data pengamatan yang tertinggal (tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas tertentu).
Cobalah untuk
menggunakan lebar yang sama untuk semua kelas, meskipun kadang-kadang
tidak mungkin
untuk menghindari interval terbuka, seperti ” ≥ 91 ” (91 atau lebih). Mungkin
juga ada kelas
tertentu dengan frekuensi nol.
Rangkuman
Dalam
distribusi ini, istilah-istilah yang
harus dimengerti adalah rentang
kelas
interval, ujung kelas interval,
panjang kelas interval, batas kelas interval, dan tanda kelas
interval. Sedangkan untuk
membuat suatu table distribusi frekuensi dengan panjang kelas
yang sama,
dilakukan:
1) Menentukan rentang
2) Menentukan banyak kelas
(dengan aturan sturges)
3) Menentukan panjang
interval
4) Memiloih ujung bawah
kelas
5) Membuat daftar
Sumber : File Pribadi
0 komentar:
Posting Komentar